SELAMAT BERKUNJUNG DI BLOG "ANTHROPOS"........

Sabtu, 24 Juli 2010

Kesehatan Reproduksi-2

SEKSUALITAS ANAK

Pada periode masa kanak-kanak instink seksual sudah mulai ada, namun hal ini terkadng dianggap sebagai sesuatu yang ‘abnormal’ (kelainan) bagi sebagian ahli kesehatan/psikologis anak.
Seksualitas tersebut dapat dilihat dalam hal ereksi, masturbasi, dan tindakan-tindakan yang menyerupai persenggamaan pada anak-anak. Hal tersebut merupakan instink seksual anak.
Sebahagian ahli tidak setuju dengan pendapat Sigmund Freud tersebut. Mereka beranggapa bahwa instink seksual tidak dijumpai pada masa kanak-kanak, instink seksual baru akan uncul pada periode masa pubertas.
Bagaimana seksualitas pada anak ‘bekerja’?
Seorang anak yang baru lahir akan membawa serta benih-benih perasaan seksual yang akan bekerja beberapa saat yang kemudian hilang karena penekanan yang progresif. Kehidupan seksual anak-anak sebagian besar ampak pada aktivitas sebagai berikut:
1. Menghisap ibu jari (Thumbsucking)
Aktivitas menghisap ibu jari yang muncul pada masa menyusui dan mungkin berlajut pada usia dewasa atau bahkan seumur hidup terdiri dari suatu gerakan menghisap yang brulang-ulang dan ritmis melalui kontak mulut (bibir) yang tujuannya untuk menyusu. Bagian dari mulut itu sendiri yakni lidah, merupakan daerah kulit yang disukai atau bahkan ujung jempol---dapat dianggap sebagai objek penghisapan. Bersamaan dengan hal ni muncul pula hasrat untuk menggenggam benda-benda yang tampak dalam gerakan menarik cuping elinga yang ritmis dan mungkin saja menyebabkan si bayi merenggut bagian tubuh orang lain untuk maksud yang sama. Kenikmata menghisap ini berkaitan dengan kecenderungan untuk menyerap perhatian sebanyak-banyaknya sert pengantar tidur atau bahkan dengan suatu reaksi motorik dalam bentuk orgasme. Kenikmatan menghisap sering kali digabung dengan gerak menggosok beberapa bagian tubuh sensitif seperti dada dan organ-organ kelamin eksternal.
Dengan cara seperti inilah banyak anak-anak beralih dari sekadar menghisap ibu jari menjadi suatu tindakan masturbasi.
2. Autoerotisme
Hal ini nampak pada impuls seksual yang tidak diarahkan pada orang lain, melainkan si anak memuaskan dirinya dengan menggunakan tubuhnya sendiri. Aktivitas menghisap ibu jari pada anak-anak dikendalikan oleh kenyataan bahwa ia mencari suatu bentuk kenikmatan yang pernah dialami (menyusu di masa bayi) yang kini diingatnya. Melalui gerak menghisap yang ritmis atau bagian kulit tertentu atau selaput lendir, ia mencapai kepuasan yang paling mudah. Demikian pula dalam kasus tersebut, bahwa si anak telah memperoleh kenikmatan dan ingin memperolehnya kembali. Dri aktivitas menyusu menjadi menghisap ibu jari. Ibu jar sebagai objek pengganti dari susu ibu. Hal ini dapat diamati pada ekspresi seorang anak yang telah disusui oleh ibunya yang kemudian tertidur dengan wajah yang ceria, bahagia, puas, dan pipi memerah, merupakan ekspresi yang mirip dengan kepusan setelah melakukan persnggamaan pada perode pubertas.
Tujuan Seksualitas Masa Kanak-Kanak
Seksualitas pada masa kanak-kanak juga diarakan untuk mencapai sensasi kenikmatn tertentu yang juga dengan menggunakan alat-alat kelamin, baik primer maupun sekunder. Namun aktivitas seksual yang dikembangkan pada periode masa kanak-kaak seikit berbeda dengan aktivitas di masa pubertas. Meskipun demikian semuanya berkembang secara alami dalam tubuh manusia seiring dengan perkembangan fisik dan psikologis tubuhnya. Misalnya di masa remaja anak-anak tidak lagi menghisap ibu jari seagai ekspresi seksualnya karena telah tumbuh gigi, melainkan menggunakan alat vitalnya.
Bagaimana Antropologi Melihat Seksualitas Anak?
Sekualitas yang berkembanbang di masa kanak-kanak lebih banyak sebgai pengaruh biologi dan pikologis. Mengingat perode masa kanak-kanak juga merupakan suatu tahapan yang dilalui oleh indvidu (manusia) layak untuk menjadi kajian Antropologi.
Kebudayaan sebagai objek utama Antropologi, yang menurut sebagian ahli ktivitas anak yang berkaitan dengan seksualitas, apakah ‘normal’ atau ‘abnormal' di periode berikutnya. Dan hal ini tentu saja dipengaruhi oleh lingkungan sekitar si anak, termasuk orang tua, saudara, kelurga luas, teman bermain, dan juga media massa.
Dapat kita lihat kasus yang pernah ditayangkan oleh televisi bahwa ada nak diusia dini yang melakukan pemerkosaan.