SELAMAT BERKUNJUNG DI BLOG "ANTHROPOS"........

Jumat, 23 Juli 2010

Pengantar Antropologi-5

PENGANTAR TENTANG KEBUDAYAAN MATERIAL

MATERIALISME

 Aliran materialisme dalam Antropologi mengakui kebudayaan material tidak hanya berupa benda tetapi juga sistem kognitif, aktivitas, sebagai akibat dari adanya suatu materi.
 Aliran materialisme juga menganggap aspek mental sebagai sebuah kebudayaan material sebagai pengaruh dari adanya sebuah materi.

 Contoh: sistem pengetahuan, kepercayaan manusia juga merupakan material, sebab terlahir dari adanya benda-benda material seperti buku, al-kitab, dll.
 Aspek mental-psikologis yang terlahir dari interaksi antarperson dari sebuah objek material. Misalnya: HP (objek material) sebagai alat komunikasi, psikologis yang terjadi pada diri person yang menggunakan HP juga merupakan materi.

SIMBOL DAN MAKNA

 Material adalah simbol. Simbol mengandung makna. Simbol terdapat pada sistem kognitif, aktivitas, artefak, dan mental manusia. Kesemuanya ini mengandung makna (meaning).
 Analisis dalam Antropologi mencapai deep meaning: makna terdalam dari sebuah fenomena/peristiwa.
 Sebuah peritiwa dengan peristiwa yang lain saling berhubungan dan berkaitan satu sama lain, membentuk jaring-jaring makna dalam kehidupan manusia (kebudayaan oleh Clifford Geertz).

 Simbol : ekonomi, pendidikan, religi, stratifikasi sosial, dan budaya.
 Simbol ekonomi, misalnya berbelanja di Mall (PI Mall atau Mall Blok M), berbelanja di pasar swalayan atau pasar tradisional;
 Simbol ekonomi, misalnya menggunakan angkutan umum atau mobil Opel Blazer, menggunakan jam tangan ROLEX asli atau imitasi.

 Simbol pendidikan, misalnnya: pakaian serba terbuka, mini, transparan, merokok, gaya hidup tidak teratur (wanita ‘liar’/tidak berpendidikan) atau pakaian tertutup, sopan, menutup aurat, bersahaja, gaya hidup teratur (‘wanita terhormat’/berpendidikan).
 Simbol pendidikan, bandingkan TEMPO atau Metro-TV (berpendidikan) dengan BOBO, Walt Disney (Kanak-kanak).

 Simbol religi, misalnya: berpuasa di bulan Ramadhan, shalat lima waktu, berhaji (simbol ke-Islam-an) atau mengikuti kebaktian, berdoa di gereja, membaca al-kitab (simbol umat Nasrani).
 Simbol religi, misalnya: mendirikan shalat, berpuasa, cermah agama di masjid (ulama) dengan mabuk-mabukan, berzina, berjudi (orang dzalim).

 Stratifikasi Sosial, misalnya: menggunakan mobil dinas, tinggal di rumah jabatan, mendapatkan tunjangan struktural (atasan/pejabat) atau mengenakan seragam ‘satuan pengaman’, menjaga kantor hampir 24 jam, siap-siaga dengan keamanan (bawahan-satpam).
 Stratifikasi sosial, misalnya: keluar-masuk kantor menggunakan BMW didampingi oleh asisten sambil membawa laptop (pengusaha) atau keluar-masuk kantor sambil membawa barang jualan senter kaca-mata sambil berjalan-kaki (sales).

 Simbol budaya, misalnya: menggunakan dialek bahasa-bahasa tertetu menunjukkan asal daerah seseorang.
 Simbol budaya, misalnya: mengkonsumsi sayur kelor (etnis kaili), pecel lele (orang Jawa), ceker ayam (orang Jawa) atau tidak (non-Jawa).
 Simbol budaya juga tercermin biasanya pada pola pikir seseorang: kampungan atau modern.

Deep Meaning

 Makna terdalam dari sebuah peristiwa. Apa yang tampak terlihat, tidak sama dengan apa yang sesungguhnya terjadi. Misalnya: wanita berpendidikan (mantan preman yang insaf) >< wanita tidak berpendidikan (dari keluarga terpandang & berpendidikan).
 Hal ini dapat diketahui melalui penelitian.

Ruang-ruang Dalam Kehidupan Manusia

 Contoh kasus: ruang elektronik dan ruang jalanan dalam kehidupan manusia.
 Ruang elektonik (electronic space) : di mana interaksi langsung sudah tidak menjadi begitu penting. Orang-orang saling beriteraksi melalui jaringan elektronika. Hampir segala kebutuhan dipenuhi melaui peralatan elektronika, misalnya: pesan makanan via telepon, berbelanja via internet, transaksi ATM, dll.
 Ruang jalanan : dinamika yang terjadi di jalanan. Orang-orang ‘jalanan’, perilakunya, kebiasaannya, kebrutalannya, copet, dll.

Filosofi dari Sebuah Masyarakat

 Dari pola pikir masyarakat, aktivitas yang berlangsung di dalamnya, dinamika sosial yang terjadi, tools (peralatan atau benda-benda) yang digunakan, mencerminkan filosofi sebuah masyarakat.
 Kota Palu: perkembangan kota yang lambat, pola pikir yang ‘terbelakang’, Mall yang ada, suasana jalan raya, dll.
 Kota Jakarta: macet, stratifikasi sosial yang sangat tajam, pola pikir yang maju, individualistis, dll.

Tidak ada komentar: